Yuk Rombak Cara Berpikir kita terhadap Perubahan

Yuk Rombak Cara Berpikir kita terhadap Perubahan. Sejatinya krisis itu adalah alat bagi Pencipta alam semesta untuk melakukan perubahan karna manusia sudah terlalu nyaman dengan keadaan.

Contohnya ketika di sebuah organisasi didatangkan pemimpin baru, apakah dianggap sebagai value atau troublemaker?

“Padahal atasan zaman sekarang tidak perlu dilayani, atasan di zaman sekarang adalah orang-orang yang justru ingin melayani”

Seorang pemimpin dan mereka yang membuat Transformation Plan harus membuat sebuah rencana dengan mengkaji apakah perubahan ini merupakan perubahan yang sifatnya radikal atau perubahan incremental.

Pemimpin zaman sekarang adalah orang-orang yang justru ingin melayani.
Pemimpin zaman sekarang adalah orang-orang yang justru ingin melayani. . Foto: straitstimes.com

Perubahan radikal bersifat menyeluruh. Kita menghancurkan bangunan utama dan kemudian kita bikin segala sesuatunya serba baru, flow-nya baru, bahan bangunannya baru, atapnya dengan bahan yang baru. Tadinya menggunakan peralatan ornamentalis dengan bahan yang eksesif banyak sekali, sekarang kita menggunakan bahan yang sifatnya adalah minimalis. Bahan-bahannya sederhana, flow-nya, jalannya juga berubah.

Sementara perubahan incremental adalah perubahan yang hanya merubah satu dua elemen dari keseluruhan elemen dari bangunan kita. Di dalam sebuah organisasi perubahan incremental itu hanya merubah, misalnya saja merubah corporate culture-nya. Orangnya tetap sama, tetapi budayanya dirubah. Dan bisa dibayangkan ini tentu jauh lebih sulit daripada melakukan perubahan yang sifatnya radikal. Ya, perubahan radikal memang berbiaya sangat besar. Tetapi sangat besar di depan dan ujungnya jelas di mana akan dimulai

Case study: Distributor Fujifilm Indonesia, Modern Group. Kalau mereka masih bertahan dengan menyalurkan film-film roll yang sifatnya adalah fisik itu, maka tentu saja market-nya semakin hari semakin habis. Kemudian mereka memilih hanya mempertahankan lokasi dimana distributor itu, perusahaan-perusahaan itu, toko-tokonya ada. Mereka hanya mempertahankan itu. Selebihnya, desainnya mereka ubah, bahkan tokonya mereka ubah, produknya mereka ubah, orangnya mereka ubah, dan semua sistemnya adalah hal baru. Lahirlah toko Seven Eleven Indonesia yang bukanya 24 jam dengan menggunakan sistem yang ada WiFi-nya, dan anak-anak muda bisa berkumpul di sana, dan sempat berjaya pada masanya itu.

Dari tulisan diatas dapat kita ambil beberapa Pelajaran. Yuk Rombak Cara Berpikir kita terhadap Perubahan

Sumber: Kursus Manajemen Perubahan oleh Indonesia X oleh Prof. Rhenald Kasali

Teman-teman bisa ikut kursusnya secara GRATIS Disini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *