Bangunlah StartUp yang Fokus Kepada Value, Bukan Cuma Produk. Selain belajar dan pejelasan deskriptif pada artikel-artikel sebelumnya tentang Startup, berikut juga ada beberapa contoh dari pelaku startup yang telah berhasil atau yang sedang merintis.
Yang pertama adalah Good Willie Barbershop, aplikasi yang mempertemukan mereka yang mau potong rambut dengan barbershop yang terdekat dari lokasi mereka. Disini mereka juga bisa tau biayanya berapa dan berapa banyak pengunjung yang sudah book, sehingga mereka tidak menunggu terlalu lama.
Kemudian ada Grab, perusahaan transportasi yang akan dijelaskan mulai dari berkembangnya hingga kemudian bisa diterima di khalayak seperti di Jakarta dan kota-kota besar lainnya.
Penjelasan selanjutnya adalah tentang salah satu kunci dalam Startup, yaitu Big Data. Dulu sebagian besar kita masih terbiasa dengan sampling, mengambil sample, sekarang dengan menggunakan teknologi, memungkinkan kita untuk menggunakan big data analytics.
Berikut kita bahas satu persatu ya,temans.
Good Willie Barbershop. Saat ini mencari pelaku startup tidak terlalu sulit, kita dapat menemukannya pada mahasiswa sekarang, yaitu generasi millenials yang hidup dan dibesarkan dalam teknologi. Founder dari Good Willie Barbershop ini adalah Aji dan Egi. Mahasiswa dari Prof Rhenald Kasali yang juga ikut menulis di buku 30 Passport.
Bisnis ini dimulai awal tahun 2013, mereka memutuskan memulai usahanya berdua karena mereka sangat klop dan saling mengisi. Yang bikin mereka cepat berkembang saat itu adalah mereka itu first mover dalam inovasi barber shop ini.
Lalu mereka berkolaborasi dengan Minutes Barber, bekerja sama dengan aplikasi yang mengurus masalah booking untuk barbershop ini. Kemudian juga menentukan happy hour, jam dimana sangat sedikit orang melakukan cukur dan mereka memberikan harga murah pada jam tersebut.
Saat ini mereka masih dalam tahap mencari competitive advantage, karna di Indonesia masih kurang sesuatu yang unik dari barbershop padahal bisnis barber sedang kencang sekali. Selanjutnya untuk pengembangannya mereka juga memproduksi pomade sendiri.
Mereka mengklaim dirinya sebagai perusahaan aplikasi,bukan perusahaan potong rambut. Aplikasi Minutes Barber tersebut saat ini bisa didapatkan di play store secara gratis. Setelah download, kita bisa pilih dimana barber tempat kita akan memotong rambut, serta jam berapa akan memotongya, lalu juga kemudian ada rating yang menunjukkan favourite barber-nya.

Contoh Startup selanjutnya adalah Grab, sebuah aplikasi transportasi yang melakukan disruption. Grab Indonesia merupakan salah satu pelaku dari disruption strategy, yaitu membuat transportasi menjadi lebih maju, produktif, dan efisien. Caranya adalah dengan taping langsung kepada mitra-mitra driver yang bukan merupakan bagian dari perusahaan, mereka hanyalah penyedia teknologi, asset lite nya.
Para driver adalah individu yang productivity-nya diatur sendiri oleh mereka, dan dibantu oleh Grab. Dengan bantuan teknologi mereka bisa menolong driver-driver mitra ini bisa menemukan pelanggan terdekat mereka, sehingga ini memangkas cost mereka yang biasanya mutar-mutar mencari pelanggan.
Kemudian semuanya diatur secara efisien bagaimana supply dan demand ini sehingga match.
Beberapa keuntungan yang mereka berikan diantara lain adalah:
- Inefisiensi tidak terjadi, karna pelanggan dan driver bisa bertemu dengan cepat
- Kemudahannya, hingga menciptakan tren saat ini pelanggan didatangi oleh penyedia jasa, yang menjadikan transaksi lebih efektif dan efisien
Latar belakang munculnya Grab ini adalah:
- Quality, karna quality dari layanan transportasi saat ini sangat kurang. Maka dengan bantuan teknologi kita bisa lihat bahwa customer bisa lebih aktif memberikan input-input disini kepada driver-nya secara langsung
- Menjadikan lebih efisien, karena bila mereka berjalan kemana-mana mencari pelanggan, meramaikan traffic dan membuat macet dimana mana. Sehingga dengan opportunity yang dibaca oleh Grab ini membuat mereka semakin productive, effective, dan efficient

Baik dari Airline (Air Asia) dan Land Transportation (Grab) asal Malaysia ini sama-sama taping larger customers base, dengan menggunakan teknologi, baik itu online maupun by application.
Hal inilah yang membuat incumbent atau pemain lama kebakaran jenggot, dikarenakan pelanggan mereka pada lari semua kepada Startup yang baru ini yang memberikan kemudahan akses kepada semua pelanggan mereka. Dan berikut ini adalah saran kepada incumbent untuk menghadapi situasi disruption seperti ini:
- Embrace Technology, karena ini tidak bisa dihindari. Technology makes us better, apalagi penggunaan advance technology akan membuat usaha semakin efficient dan effective dan juga tentunya reaching larger market
- Deregulate yourself, serta reduce cost kita juga. Karna sisi cost sebetulnya bisa dikurangi, namun dikarenakan incumbent sudah berada pada titik nyaman, mereka jadi lalai
- Tumbuhkan corporate culture yang entrepreneurial, sangat cepat dan semuanya berdasarkan data. Dalam Startup aturan dalam perusahaan belum tentu banyak, jadi mereka lebih mudah dan lincah dalam bergerak. Sangat nimble (lincah) dalam bergerak, tidak terlalu banyak prosedur dan decision made by digital, semuanya agree
- Terakhir para Regulator jangan over-regulating. Bahkan sekarang ada kata baru bahwa self regulating itu juga penting, dilihat bagaimana government tidak perlu melakukan regulasi, justru self-regulating dilakukan oleh players-nya sendiri
Dan berikut juga saran untuk anak muda yang baru memulai Startup:
- Yang pertama adalah Believe and follow your dream. Seperti yang dilakukan oleh Toni Fernandes (Air Asia), yang semaca kecilnya mempunyai tiga mainan, yaitu pesawat, bola, serta mobil balap. 3 hal tersebut merupakan solid dream nya, yaitu punya airlines, soccer club, dan juga Formula 1 club, dan ketiganya saat ini sudah dicapainya
- Yang kedua, Jangan cepat menyerah. Karena in entrepreneurship, business, you will face up and down. Look at successful businessman. Dan seringkali banyak orang berhenti satu langkah sebelum berhasil. Semua business tidak ada yang langsung sukses, semuanya melewati up and down.
So, believe it and then go through it, never give up!!
Pembahasan selanjutnya adalah Data Analyst. Analytic maksudnya adalah menganalisis data, mengoleksi kemudian membuat modelnya berdasarkan data tersebut, yang menentukan strategi apa yang harus diambil dalam bisnis.
Dengan teknologi kita bisa dengan cepat mengumpulkan data secara real time dan mengolahnya lebih cepat. Sebagai pemilik data terbesar, Google bisa mencari apa saja. Dan mesin pencari tersebut juga akan meng-capture semua data, termasuk menangkap apa yang kita pikirkan.
Dengan data yang sebesar itu, kita bisa menganalisa pattern, trend, customer preferences, decision making, serta segment mana yang akan kita penuhi. Salah satu namanya yaitu hit map program, kita bisa melihat titik-titik konsentrasi. Misalnya dalam perusahaan transportasi berbasis teknologi. Kita bisa melihat demand-demand itu terkonsentrasi, dan pada jam-jam tertentu akan berubah, dan kita bisa melihat petanya disitu.
Lalu ada lagi yang namanya NLP, Natural Language Programming yang memungkinkan kita menganalisa teks dengan melihat keyword keyword apa yang sering muncul. Tapi perusahaan-perusahaan incumbent, masih menggunakan cara tradisional, belum masuk ke online.
Melihat perkembangan big data saat ini, big data analytics sudah ada conference-nya, dan juga pattern perusahaan-perusahaan sudah mulai mengarah kesana, terutama yang banyak memiliki kaum muda dan generasi milenial
Apalagi sekarang sudah banyak tools yang mempermudah, sebentar saja selesai. Maka dari itu yang pertama adalah melakukan analisis, kemudian membangun modelnya, agar lebih responsive. Dan perusahaan-perusahaan besar ini harus menjembatani dengan generasi milenial.
Sumber: Kursus The Art of StartUp di Indonesia X oleh Prof. Rhenald Kasali
Teman-teman bisa ikut kursusnya secara GRATIS Disini
