Jadilah Seorang ‘Good Driver’. Ibarat hewan-hewan, yang tiap macamnya memiliki simbol-simbol yang berbeda dikepala setiap orang, begitu juga dengan Self-driving/ Maka dari itu kita harus mengerti simbol yang ada didalam pikiran manusia, karena ini merupakan alat bagi kita untuk memperbaiki manusia.
Semua berawal dari mental, ada yang kuat serta ada juga yang lemah. Dan dapat juga good or bad. Mental yang kuat dilatih sejak manusia anak-anak dan remaja. Mental strong dan weak ini bisa dilatih. Dan juga mental good or bad, merupakan pembentukan dari suatu kejadian yang akibatnya menimbulkan torehan yang membekas, yang barangkali kemudian didalam itu adalah sebuah luka yang menganga. Luka yang barangkali menimbulkan rasa sakit yang sangat dalam. Dan rasa sakit ini pada waktunya akan diberikan kepada orang lain.
Pepatah mengatakan,
“Hanya orang-orang sakit yang akan senang menyakiti orang lain”.
Dia kepo, dia ingin tahu tentang orang lain, dia kemudian mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan, bahkan tindakannya punya kecenderungan untuk merusak orang lain. Dia ingin merusak hubungan dan kebahagiaan orang lain.
Dan ini banyak terjadi kepada orang di sekeliling kita, baik itu di pemerintahan, di kantor, di sekolah, organisasi, kampus dan sebagainya. Ini adalah orang yang dalam tanda kutip “Sedang memiliki rasa sakit yang dalam, dalam jiwanya”
Jiwa-jiwa yang sakit ini harus di observe secara tidak langsung. Dan menggunakan simbol-simbol dari hewan tadi bisa mengisahkan kesan. Bisa dilihat dari kesan dan reaksi mereka ketika memegang hewan-hewan tersebut. Ketika mereka memegang seekmor hewan rasa cinta nya bagaimana, rasa suka nya bagaimana, benci nya bagaimana. Dan bila ada yang tidak mau melakukan, ini tanda nya orang tersebut harus disembuhkan.
Jadi karakter mereka diubah dari bad passenger menjadi good passenger, mumpung mereka masih muda dan belum dijadikan pemimpin. Sehingga ketika mereka jadi pemimpin tidak sakit, kata-katanya tidak keras, negative, menyakitkan, dan menyebalkan.
Begitu juga dengan perilaku mereka yang sakit. Ngomong seenaknya, melakukan langkah-langkah bersama teman-teman yang juga “sakit”, untuk kemudian memanipulasi kebenaran, walaupun kebenaran itu sudah sangat mudah dibaca.
Mereka adalah seorang loosers. Mereka boleh memiliki jabatan, berkuasa, kaya-raya, tetapi mereka bukanlah seorang pemenang. Karna seorang pemenang adalah seorang good driver, yang bisa menerima kekalahan, memiliki karakter baik. Dan pemenang bukanlah yang kaya raya dan kuasa, tetapi adalah yang bahagia dalam kehidupan ini.
Self-Healing
Modal manusia untuk bekerja itu adalah kesehatan, kecerdasan, keterampilan serta kekuatan mental yang mereka miliki. Seorang winner itu bekerja dengan bahagia, karena bahagia maka dia sukses.
Saat ini hal-hal yang mempengaruhi perkembangan karakteristik seseorang bukan hanya dari lingkungan (keluarga, sekolah, teman) saja, tetapi juga dari Televisi dan Sosial Media. Dan Televisi serta Sosial Media ini berpengaruh lebih besar, terutama dalam menularkan virus-virus orang “sakit” yang pernah disebutkan tadi. Yang pada akhirnya orang tidak disakiti secara fisik, tidak ada interaksi langsung, tetapi merasakan, dan tertularlah satu bangsa.
Kita boleh kuliah dimana saja, Pendidikan hanya melatih kita untuk mengisi otak. Sementara mental adalah tanggung jawab kita bersama, tanggung jawab keluarga,orang tua,dan komunitas.
Proses dari masyarakat yang membangun komunitas bersama-sama, bisa memperbaharui, memperbaiki, mencegah dari kerusakan mental karna adanya orang-orang “sakit” yang kemudian diikuti oleh orang-orang yang lain tanpa mengerti dasarnya. Tugas kita adalah memperbaiki, membersihkan bangsa kita, komunitas kita, unit usaha kita, dari orang-orang yang bermental jahat tadi, bermental “Sakit”.
Pentingnya ‘Life Skills’
Kalau manusia punya mental yang kuat, maka ilmu nya bisa dipelajari belakangan. Seperti yang sudah dibahas pada beberapa artikel sebelumnya, yaitu Menteri Susi, yang punya mental kuat, bisa berbahasa Inggris lebih baik, mengetahui tekhnologi dan bisa mengembangkan usaha lebih baik.
Mental itu perlu dibangun dengan Muscle Memory (Myelin). Myelin adalah sel pembunuh syaraf yang hanya dapat dibangun jika dilatih, strong mentality, mentalitas yang kuat, memiliki kemampuan untuk berkembang.
Orang yang seperti ini biasanya bukan hanya belajar di sekolah, tetapi juga turun ke lapangan melatih otot dan tangan mereka. Mereka bergerak, mengeksplorasi, mengambil dan sebagainya, dan pendidikan di barat dilakukan seperti ini.
Selama ini perusahaan atau institusi public umumnya hanya melatih dari segi hard competence (seperti finance, marketing, teori organisasi, value chain strategy dsb).
Sementara manusia juga memerlukan Soft Competence, kompetensi yang bisa dipelajari karena bergerak. Karena manusia memerlukan Life Skill, keterampilan untuk menjalani hidup ini. Keterampilan untuk respect terhadap orang lain, menghargai perbedaan, melihat manusia dari perspektif berbeda, serta keterampilan untuk mengelola sel-sel syaraf kita menghadapi serangan informasi yang membuat kita menjadi tidak fokus.
Milikilah prinsip Work Hard, Play Hard. Pada saat bekerja keras, kita juga bermain keras, kita berada menyatu dalam alam. Kita harus melatih syaraf kita bagaimana cara berkomunikasi dengan baik.
Inilah yang disebut dengan Komunikasi Asertif. bukan agresif. Asertif maksudnya bisa mengungkapkan isi perasaannya dengan baik, tetapi juga membuat orang tidak marah kepada mereka.
Sementara Komunikasi Agresif adalah komunikasi ketika orang lain tidak bisa menuruti kehendak kita, kemudian bertentangan. Kita harus move dari comfort zone ke learning zone. Meskipun ketika belajar sesuatu yang baru bikin kita tidak nyaman, karna berada di tahap unlearned.
Namun, Life Skill harus kita isi pengetahuan baru supaya kita berubah menjadi wajah yang baru.
Dunia ini begitu kaya hal-hal, gagasan-gagasan, ide-ide yang Tuhan berikan kepada manusia. Namun, setiap ada hal yang baru, manusia selalu menentang dan bereaksi negative dan lain sebagainya.
Di Rumah Perubahan, biasanya para siswa dilatih salah satunya dengan menangkap ikan di kolam. Awalnya mereka berpikir tidak mungkin, hingga pada akhirnya mereka bisa. Pelajaran yang bisa diambil dari hal ini adalah The power of believe in yourself, the power of thinking, and the power of possibility.
Selalu berusaha untuk “Think Possibility”, seperti Duta Besar Rumania yang pernah mengatakan,
“Pokoknya diplomat-diplomat yang bekerja dengan saya, tidak boleh berkata tidak bisa. Selalu ada cara untuk bisa”

Bagi sebagian orang, ketika menghadapi suasana negative, mereka selalu berpikir negative dan mengatakan dengan cepat tidak mungkin.
Berpikir Possibility merupakan modal awal dari Kreativitas, modal awal untuk menjadi seorang Driver.
Berpikir Possibility harus melalui tindakan-tindakan dan berbagai pandangan untuk segera melakukan sebuah tindakan.
Dan pesan yang terakhir buat teman-teman, Jadilah Seorang ‘Good Driver’
Sumber: Kursus Self-Driving oleh Indonesia X oleh Prof. Rhenald Kasali
Teman-teman bisa ikut kursusnya secara GRATIS Disini