Belajar Membaca Setiap Peluang dan Mempersiapkan Diri

Belajar Membaca Setiap Peluang dan Mempersiapkan Diri. Peluang adalah satu hal yang kita harus bisa membacanya. Karna setiap detik kita dikelilingi oleh banyak sekali peluang. Masalah-masalah orang disekitar kita juga merupakan peluang bagi kita untuk menjadi solusi dan membantu menyelesaikannya.

Asumsi kita seringkali tidak sama dengan realitasnya, apa yang dipikirkan adalah cuma sebatas pikiran, yang baru menjadi kenyataan jika sudah diuji. Oleh karena itu diperlukan adanya kemampuan untuk melakukan persiapan. \

Seperti kata pepatah ‘Orang yang beruntung pada dasarnya adalah orang yang selain pandai membaca peluang juga adalah orang yang melakukan persiapan’, ‘Luck is somewhere, when opportunity meets preparation’

Setiap perubahan adalah proses jangka panjang, kita tida bisa mendapatkannya secara agresif.

Seperti Case Study dari Raja Ubud:

Ia membangun kawasan pariwisata di daerah Ubud sejak tahun 1960an. Mereka menyediakan tempat penginapan untuk pelukis besar Walter Spies, yang juga mengundang pelukis-pelukis lainnya untuk datang seperti Antonio Blanco yang kemudian mereka mengajarkan kepada penduduk setempat melukis dan kemudian akhirnya berkembang.

Rahasia mereka membangun ini semua yaitu alam ini harus diajak bicara, jangan membuat sesuatu yang merusak alam. Semua ini dilakukan secara bertahap dan perlahan-lahan, yang dimulai ketika Raja Ubud, Cok Raka Sukawati yang melihat pelukis jalan membawa lukisan dan ia panggil lalu dikasih tempat tinggal.

Ubud yang terkenal dengan seni nya
Ubud yang terkenal dengan seni nya.Foto: cumilebay.com

Barangkali orang sudah sangat menderita, maka berempati adalah pekerjaan seorang entrepreneur. Jadi begitu melihat ada masalah itu adalah peluang, peluang untuk melayani dan melayani adalah pekerjaan seorang wirausaha, soal rejeki nanti akan datang, karna menjadi wirausaha tujuannya bukan hanya menjadi kaya.

Belakangan dalam The Science of Happines kita belajar, ada kesalahan besar bagi orang-orang yang mendorong anak-anaknya untuk bekerja atau mengambil profesi yang tidak mereka sukai semata-mata karna profesi orang tuanya. Seorang dokter ingin anak-anaknya dokter, polisi ingin anaknya polisi. Sehingga akibatnya 80 sampai 90 persen yang sekolah di profesi tertentu, adalah anaknya orang tua yang profesinya seperti itu. Apakah mereka happy? Maybe not.

Para Wirausaha adalah bekerja karena mereka happy, dan tidak bisa meniru-niru orang lain, karna orang yang meniru tidak bisa membuat karya yang lebih baik. Karena pikiran mereka hanya uang. Tapi kalau pikirannya adalah berkarya, melakukan sesuatu yang disuka, kemungkinan itu menjadi besar, karena kita akan ketemu jalannya.

Jadi penting sekali disini adalah melakukan, tidak secara agresif tetapi secara bertahap menyesuaikan, tahap demi tahap sampai nanti kita siap menjadi hebat dan menjadi benar-benar siap ketika pasarnya menyambut, dan paling siap untuk mengambil kesempatan itu, peluang itu adalah hal itu sendiri.

Banyak orang mampu melihat tetapi tidak mempersiapkan diri. So, we have to prepare for it, tidak dalam sekejap. Kita harus melakukan sesuatu secara satu depa demi satu depa, mencapai sesuatu yang kita inginkan, jadi lakukan persiapan sekarang juga.

Sumber: Kursus The Art of StartUp di Indonesia X oleh Prof. Rhenald Kasali

Teman-teman bisa ikut kursusnya secara GRATIS Disini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *