Menjadi Wirausaha di Era Disruption

Menjadi Wirausaha di Era Disruption. Apa hubungan Wirausaha dan Disruption? Hampir semua pelaku usaha yang lama itu mengalami kesulitan karena mereka enggan untuk masuk ke dalam dunia baru.

Salah satu contohnya adalah sebuah Pabrik es yang ada di Solo. Ketika itu produsen es batu mengalami kehancuran bukan karena mereka tidak mempersiapkannya, melainkan karena mereka tidak menyadari bahwa yang membuat lemari es adalah bukan produsen es batu. Yang menginovasi lemari es bukanlah produsen es batu.

Case study selanjutnya adalah Kodak dan Fuji. Kodak tidak melakukan inovasi, masih memakai Kodak roll. Sementara Fuji secara perlahan beralih memakai kamera digital, dan produk digital itu kemudian dicetak di digital lab mereka, yang kemudian terjadi perubahan.

Perubahan-perubahan inilah yang dinamakan Disruption. Apa itu Disruption? Dalam Disruption, Kita mengenal 3 istilah: Iteration, Innovation, dan Disruption

Iteration artinya berulang, mengulangi terus lama-lama hingga bisa menghasilkan produk yang lebih baik, lebih bagus, lebih bagus, dan lebih bagus.

Innovation artinya creating something new sedemikian rupa sehingga kemudian yang lama tiba-tiba menjadi obsolete, ketinggalan zaman. Hati-hati, karena kita biasanya cenderung ingin bertahan.

Teknologi sudah baru, kalau kita masih menggunakan cara-cara lama, konsumen akan beralih. Karena hal yang baru ini memang menimbulkan banyak goncangan-goncangan.

Lingkungan kita sekarang ini sering disebut dengan istilah VUCA (Volality, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity).

Banyak yang tidak bisa kita baca (ambigu), kemudian bergejolak (volality), tidak pasti dan sangat kompleks hal-hal yang harus kita pikirkan dewasa ini. Dan Disruption itu banyak terjadi di berbagai sektor karena adanya teknologi. Karena jumlah penduduk sekarang telah bertambah 1 miliar setiap 12 bahkan 11 tahun. Kemudian kaum muda (Generation Z), mereka sangat kreatif, content provider, dibesarkan di iklim yang change, dan mereka ini adalah orang-orang yang selalu mendalami hal-hal tertentu secara kreatif.

Generation Z merubah peta dunia. Para orangtua saat ini adalah Digital Imigrant (Pendatang di dunia digital) sementara anak-anak adalah Digital Native (Pribumi di dunia digital). Ini terkadang yang mengakibatkan benturan antara guru dan murid.

Dan Disruption ini terjadi karena ada teknologi baru dan dipasarkan atau dikembangkan dengan bisnis model yang berbeda. Bisnis model itu awalnya dikenal dengan nama freemium, free of charge alias gratis, tetapi mendapatkan fasilitas yang premium.

Bisa dilihat dari penggunaan Google dan Facebook. 10 tahun mereka terus mengalami kerugian, tetapi valuasi perusahaan mereka terus naik, sehingga sekarang menjadi multinational company terbesar, terkaya di dunia. Inilah yang dinamakan dengan bisnis model. Jadi Disruption adalah sebuah cara dengan membentuk sesuatu yang baru dipasar, mencari cara sehingga harga menjadi turun, sebisa mungkin menjadi sangat rendah bahkan gratis.

Google dan Facebook yang melakukan Disruption
Google dan Facebook yang melakukan Disruption. Foto: doxadigital.com

Mereka cracking cost, cracking the cost structure. Awalnya yang dimusuhi adalah fix cost, tetapi lama-lama mereka mencari cara agar bisa mendapatkan harga termurah, dengan menggunakan konsep Sharing Economy, Sharing Resources. Dan, kemudian setelah itu mereka menciptakan sebuah komunitas besar dan setelah komunitas besar jadi, baru kemudian mereka mendapatkan uang. Modalnya pun didapat dengan cara berbeda.

Dan Indonesia memiliki banyak sekali pelaku, dan sekarang mereka tidak hanya sekedar masuk ke dalam dunia blog atau facebook. Mereka juga menggunakan aplikasi dan ini adalah sebuah cara bagi mereka dan sulit dipahami orang-orang tua, strategi pun berubah.

Sebagai pemilik perusahaan, professional, pengusaha, harus siap dimana pasar sedang berpindah ke tempat lain. Sebagai regulator, pejabat negara, harus memberikan ruang kepada generasi muda untuk berkreasi ketimbang membiarkan mereka menjadi penonton dengan memaksakan mereka hidup dalam regulasi yang telah dibuat 10 tahun yang lalu.

Kita harus masuk ke dalam proses disruption, sebelum kita being disrupted dan obsolete, ditinggalkan

Sumber: Kursus The Art of StartUp di Indonesia X oleh Prof. Rhenald Kasali

Teman-teman bisa ikut kursusnya secara GRATIS Disini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *